Category Archives: Juventini’s Zone

Forza Juventus, Forza Serie A

Ada artikel menarik dari kolom goal.com hari ini. Judulnya pun spektakuler: “Mengapa Barcelona Harus Khawatir Dengan Juventus“.

Untuk satu dekade ini, jika berbicara mengenai sepak bola, orang-orang pasti setuju bahwa dominasi Barcelona dan timnas Spanyol sedang berjaya. Dan minggu lalu pun kita saksikan kedigdayaan Barcelona sebagai tim kuat kembali ditunjukkan dengan mengalahkan tim kuat dari Italia, AC Milan dengan skor yang sangat telak, 4-0. Dan begitu istimewanya Barca, sampai-sampai saya sebagai fans berat Juventus merasa bangga jika sebuah tim selevel Barca harus waspada dengan kehadiran Juventus di babak 8 besar Liga Champions nanti. Berikut ini artikel yang dimuat oleh Goal.com:

————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-

Juventus bisa jadi mengusung misi balas dendam atas nama Milan jika berpasangan dengan Barcelona di perempat-final Liga Champions.


El Mundo Deportivo kemarin menulis, Barcelona harus menghindari Juventus di babak perempat-final Liga Champions pekan ini.

Bukan tanpa alasan harian Spanyol itu menulis demikian. Juventus memang menjadi salah satu ancaman laten bagi tim mana pun di babak delapan besar.

JUVENTUS DALAM ANGKA
Di Liga Champions
720 Jumlah menit bermain terbanyak pemain Juventus, yaitu Leonardo Bonucci, yang artinya dia selalu bermain di setiap laga di Liga Champions musim ini.
17 Gol yang diciptakan Juventus sepanjang mengikuti kompetisi di Liga Champions musim ini. Rata-rata gol yang dicetak di setiap laga adalah 2,13 gol. Tidak ada satu gol pun diciptakan lewat titik putih penalti.
4 Fabio Quagliarella menjadi topskor sementara buat Juventus. Empat gol tersebut diciptakan hanya dalam rentang waktu 248 menit, yang artinya Quagliarella mencetak satu gol tiap 62 menit. Koleksi golnya masih kalah dari Burak Yilmaz dan Cristiano Ronaldo, dengan delapan gol
3 Arturo Vidal dan Andrea Pirlo menjadi duet assist terbaik di Juventus, masing-masing dengan tiga assists.
2 Gelar juara Liga Champions yang sudah dikoleksi Juventus hingga musim ini.
0 Jumlah kekalahan Juventus di ajang Liga Champions musim ini.

Lupakan sejenak bahwa Juventus terhitung tim minim pengalaman di Liga Champions, mengingat dalam beberapa musim terakhir mereka selalu absen. Faktor pengalaman yang dimiliki pemain juga patut diragukan.

Faktanya, di luar para pemain veteran yang masih ada di Juventus, hampir sebagian besar pemain Juventus baru merasakan petualangan berlaga di Liga Champions untuk pertama kalinya di musim ini. Bahkan saking awamnya, Juventus dan pemain mereka nyaris tersingkir di awal kompetisi dari Chelsea dan Shakhtar Donetsk.

Namun, El Mundo Deportivo sepertinya punya alasan kuat menilai Juventus sebagai bahaya besar bagi tujuh tim lainnya. Faktanya cukup mudah, karena mereka tim Italia yang tampil paling meyakinkan di fase sebelumnya.

Celtic sudah merasakan kekuatan Juventus. Di kandang sendiri atau saat tandang, mereka dipermak dengan skor agregate 5-0.

Juventus juga menjadi tim yang paling baik dalam kualitas bertahan mereka. Pemain Antonio Conte bisa menjaga clean sheets di babak 16 besar, sementara favorit juara lainnya seperti Barcelona, Real Madrid dan Paris St Germain, juga Bayern Munich setidaknya sudah kemasukan dua gol.

Juga, Gianluigi Buffon terakhir kali mengambil bola dari gawangnya terjadi pada 24 Oktober tahun lalu, saat melawan Nordsjaelland. Sejak saat itu, Juventus sudah menjalani 491 menit laga tanpa kemasukan. Rekor mereka adalah lima kemenangan dari lima laga, melesakkan 13 gol dan tak kemasukan sama sekali. Meeka juga masih tak terkalahkan di kompetisi ini karena hasil terburuk di fase grup adalah imbang.

Jika melihat barisan pemain bertahan yang dimiliki Juventus, lumrah melihat catatan statistik mereka cukup menjanjikan. Tembok pertama dihuni tiga gelandang, Arturo Vidal, Andrea Pirlo dan Claudio Marchisio. Tak hanya punya kecepatan, mereka juga punya kreativitas dan kemampuan untuk meredam serangan lawan sejak gelombang pertama. Menekan pertahanan lawan juga bisa dimulai dari ketiga pemain tersebut.

Di sisi sayap, Juventus memiliki barisan bek sayap jaminan mutu. Stefan Lichtsteiner, Martin Caceres dan Federico Peluso. Di belakang mereka. Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini sudah membuktikan mereka adalah salah satu bek terbaik Italia saat ini. Mau menembus lewat bola udara atau permainan taktis dari kaki ke kaki, ketiganya bisa bekerja sama mematahkan serangan.

Yang terakhir, adalah palang pintu Gianluigi Buffon. Siapapun tahu kualitas pemain ini, peringkatnya di daftar kiper terbaik IFFHS, dan masih disebut dan dikategorikan sebagai kiper terbaik di muka bumi ini.

Dengan kualitas skuat seperti itu, tim sekaliber Real Madrid dan Barcelona harus mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk bisa menembus pertahanan gerendel, atau yang akrab disebut catenaccio Italia Juventus.

Untuk lini depan, Juventus punya banyak opsi, dan semuanya memiliki kapasitas tersendiri menembus pertahanan lawan. Sebastian Giovinco, Fbaio Quagliarella, Alessandro Matri dan Mirko Vucinic telah mencetak gol krusial di Liga Champions.

Bahkan, ketajaman Juventus tidak hanya didelegasikan pada barisan penyerang mereka. Sejauh ini, sudah ada 15 pemain yang mencetak gol buat Juventus. Catatan ini kurang lebih sama seperti musim lalu, di mana 19 pemain bisa mencetak setidaknya satu gol.

Dan keuntungan lain yang dimiliki Juventus dibanding kontestan perempat-final lainnya adalah tak ada tekanan bagi pemain Conte untuk meraih trofi juara Liga Champions. Mereka adalah tim baru, menembus fase gugur saja sudah menjadi prestasi yang membanggakan. Saat ini, Juventus bisa dikatakan sedang mencari hadiah tambahan untuk melengkapi musim mereka yang luar biasa.

————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————-

Terkait dengan hal tersebut diatas, kita bisa melihat bahwa kali ini Juventus sedang membawa hal penting untuk mengembalikan pamor Liga Italia Serie A. Maka dalam hal, untuk semua fans liga calcio, mari lupakan sejenak rivalitas dan ego atas masing-masing tim yang didukung. Mari bersama-sama memberikan support untuk satu-satunya kontestan Italia yang masih bertahan di UCL, Juventus, sang juara serie A.

FORZA JUVENTUS & FORZA SERIE A…!!!

Leave a comment

Filed under Juventini's Zone

Derby Slancio Di Vita

Tanggal 23 Maret lalu diadakan laga amal yang melibatkan Juventus vs Torino di Stadion Olimpico Turin dalam rangka pemberantasan penyakit Soluble Liver Antigen (SLA). Menariknya, dalam laga ini kedua tim menampilkan para legenda pemain kedua tim seperti Zidane, Nedved, Vialli, Ravanelli di Juventus , sedangkan di Torino ada Fabio Galante, Luca Bucci, Luca Marchegiani dan masih banyak legenda lainnya

Pertandingan ini berakhir dengan skor 2-2 dan hasil dari pertandingan ini yaitu sebesar 223 ribu  (sekitar 2,7 milliar rupiah) akan disumbangkan untuk mendukung penelitian melawan penyakit yang menyerang syaraf manusia Soluble Liver Antigen (SLA).

Laga ini diadakan atas permintaan seorang penderita penyakit SLA bernama Michele Riva, yang dihadirkan di tengah lapangan dengan dituntun oleh Alessandro Del Piero melalui kursi rodanya. Pemerintah Kota Turin dan yayasan sosial yang dibentuk oleh Gianluca Viall mendukung terlaksananya acara ini.

Dan wasit yang memimpin pertandingan ini adalah Roberto Rosetti. Pasti timbul pertanyaan, kenapa bukan Pierluigi Collina? Karena Rosetti berasal dari Turin.

 

 

Called up players for Juventus: 

Goalkeepers: Antonio Chimenti, Michelangelo Rampulla, Stefano Tacconi.

Defenders
: Antonio Cabrini, Massimo Carrera, Antonello Cuccureddu, Luigi De Agostini, Claudio Gentile, Mark Iuliano, Paolo Montero, Sergio Porrini, Massimo Storgato, Moreno Torricelli, Igor Tudor, Pietro Vierchowod.

Midfielders:  Massimo Bonini, Franco Causio, Edgar Davids, Giuseppe Furino, Roberto Galia, Giancarlo Marocchi, Domenico Marocchino, Massimo Mauro, Pavel Nedved, Alessio Tacchinardi, Roberto Tavola, Beniamino Vignola, Zinedine Zidane.

Forwards:  Corrado Grabbi, Michele Padovano, Fabrizio Ravanelli,
Gianluca Vialli, Christian Vieri.

Coach:  Marcello Lippi.
Vice Coach: Gianluca Pessotto.

 

Leave a comment

Filed under Juventini's Zone

Alessandro Del Piero….. A Living Legend

Alessandro Del Piero lahir pada 9 November, 1974 di Conegliano, Italia utara. Dia memiliki saudara bernama Stefano. Ibunya, Bruna, adalah pembantu rumah tangga dan ayahnya, Gino, tukang listrik, meninggal pada bulan Februari, 2001. Keluarganya selalu sangat hadir dalam hidupnya. Alex selalu memiliki sepak bola dalam darahnya. Sebagai seorang anak, ia tinggal di sebuah rumah pedesaan dengan keluarganya, dan bermain di halaman belakang. Kedua temannya, Nelso dan Pierpaolo biasanya bermain dengan dia. Tiga dari mereka ingin menjadi pemain, tetapi hanya Del Piero yang berhasil melakukannya. .

Cerita Sepak Bola dimulai..

Del Piero pertama kali mengatakan bahwa ia biasanya bermain sebagai penjaga gawang, pada waktu dia sedang sakit keras, untuk alasan-alasan yang mencakup juga dia sering bermain. Ibunya berpikir akan lebih baik baginya jika ia bermain sebagai penjaga gawang, karena dia tidak akan  berkeringat dan kemungkinan besar dia sakit adalah kecil. Tapi suatu hari, Stefano mengatakan kepada ibu mereka: “Tidakkah Ibu melihat bahwa Alex sangat baik dalam serangan itu?” Del Piero meninggalkan rumah pada usia 13, ketika dia pergi ke Padova untuk bermain sepak bola. Di sana, dia berbagi apartemen dengan sepuluh anak laki-laki lain. Dia telah tinggal jauh dari keluarganya sejak itu dan dia pernah berkata bahwa dia bisa mengunjungi mereka dua atau tiga kali setahun. Untungnya, mereka semua bisa mengunjunginya di Turin, tempat Alex tinggal. Di Padova, dia bermain untuk dua musim dan mencetak satu gol dalam 14 pertandingan di Serie B. Pada tahun 1993,dia mendapat tawaran dari Juventus dan Milan. Piero Aggradi, direktur olahraga Padova dan orang yang “menemukan” Alex, memutuskan bahwa semuanya harus berjalan sesuai dengan yang Del Piero inginkan.

Dia masih 18 tahun ketika pindah ke Juventus, tim yang selalu dia didukung. Dengan tim baru, dia bermain untuk tim Primavera (tim junior), dan memenangkan turnamen Viareggio. Dia memiliki beberapa masalah dengan cedera musim sebelumnya, tetapi ketika dia pulih, dia kembali ke tim utama. Pertandingan pertamanya di Serie A melawan Foggia  pada tanggal 12 September 1993.  Hasilnya: Juventus 1 – Foggia 1. Dalam pertandingan berikutnya melawan Reggiana dia mencetak gol pertama Serie A. Pada musim pertama dia bermain penuh sebagai starter di Serie A dan mencetak delapan gol dalam 29 pertandingan serta mengambil kembali  Scudetto ke Turin setelah delapan tahun.

Ketika Alex berumur 22 tahun, dia harus mengikuti Wajib Militer Tentara Italia, di mana dia bertugas selama sepuluh bulan. Tapi semua yang harus dia lakukan adalah bermain sepakbola, yang mana tidak menjadi suatu hal yang sulit sama sekali baginya! Alessandro memiliki banyak momen-momen yang tidak terlupakan di Juve, mencetak gol menentukan. Pada musim 96/97 Piala Toyota, Juventus bermain di final melawan River Plate di Tokyo. Dia mencetak gol dan membawa Juventus meraih gelar juara dunia. Momen lain adalah permainannya yang luar biasa melawan Fiorentina, di musim 93/94. Skor pada saat itu kedudukan adalah 2-2. Alex mencetak gol ketiga, yang menjadi bagian dari sejarah sepak bola Italia dan membawa La Vecchia Signora meraih Scudetto yang ke 23. Pada musim 97/98, dia memenangkan Pemain Terbaik Italia, yang diadakan oleh Asosiasi Pemain. Ia menjadi nominas Golden Ball, tetapi tidak pernah memenangkan penghargaan. Sayang, ada beberapa momen dalam kariernya  yang tdk terlupakan : Piala Eropa pada tahun 1996 dimana dia bermain hanya 45 menit sepanjang kejuaraan itu. Pada tahun 2000, banyak yang mengatakan dia layak disalahkan atas kekalahan Italia melawan Perancis di Final Piala Dunia 1998 – dia tidak bermain dalam bentuk permainanan terbaiknya. Dan pada November 1998, cedera lutut membuatnya absen sampai akhir musim 98/99. Itu terjadi sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 24, dan di pertandingan Serie A melawan Udinese. Pada tanggal 29 Juni 1999 dia menandatangani apa yang menjadi pertimbangkan paling penting dalam hidupnya: kontrak lima tahun dengan Juventus. Alex mendapatkan gaji 10 miliar lira per tahun dan, untuk saat itu menjadikannya sebagai pemain dengan gaji terbesar di dunia, bersama pemain lainnya seperti Vieri, Ronaldo dan rekan setimnya Filippo Inzaghi. Ini juga berarti dia akan bermain dengan Juventus selama, setidaknya, 11 tahun. Musim 1999/2000 adalah salah satu yang sangat penting bagi Del Piero. Setelah pemulihan yang panjang, akhirnya dia kembali ke lapangan, bukan hanya untuk kebahagiaan pendukung Juventus, tapi untuk penggemar sepak bola pada umumnya. Tapi selalu ada pertanyaan di benak setiap orang: Akankah ia kembali ke performa terbaiknya seperti dua musim yg lalu? Alex mempunyai kesempatan lain pada akhirnya untuk bersinar ketika bermain untuk negaranya selama Euro 2000. Tetapi para kritikus keras, persaingan dengan Totti, dan khususnya dua peluang di final melawan Prancis tidak membuat mimpinya menjadi kenyataan. Selesai Euro 2000, Alex memilih berlibur di Polinesia. Dan itu tampaknya membuat Alex menjadi sangat baik. Dia mencetak gol di pertandingan pertama di musim 200/01, melawan Napoli, gol yang indah dari zona-nya! Umpannya kepada rekan se-timnya dan permainan cemerlang yang masih konstan, membuat kebahagiaan bagi banyak fans nya. Pada minggu dari 11 Februari – 18 Februari Desember 2001 menjadi yang “terpenting “. Pada tanggal 11, Juventus bermain melawan Napoli  lagi dan Alex mencetak gol lagi, melalui tendangan bebas sekali lagi dari zona nya, dengan bantuan kiper Napoli Fontana. Dua hari setelah itu, ayahnya, Gino, meninggal karena penyakit yang lama dideritanya. Itulah alasan di balik penampilan Alessandro yang tidak stabil, karena dia begitu dekat pada keluarganya. Akhirnya pada tanggal 18, saat bermain melawan Bari, Alex mencetak gol yang benar-benar indah, yang tentunya didedikasikan untuk seseorang yang spesial. Dia melepaskan semua perasaannya dengan selebrasi. Dia masuk sebagai pemain pengganti pada saat skor 0-0. Gol yang indah, pada waktu yang tepat, memberikan Juve kemenangan dan Alex lebih tersupport dan percaya diri.

Di pertandingan berikutnya, ia memiliki performa yang sangat baik, menunjukkan bahwa Godot telah kembali. Alex harus menunggu beberapa waktu untuk memenangkan gelar, tapi berjalan pada akhirnya. Pada musim 2001/2002 di matchday terakhir, Juve mengalahkan Udinese 2-0 – dengan Del Piero mencetak gol kedua – untuk memenangkan Scudetto mereka yang ke-26. Tiga bulan kemudian, pemain bernomor punggung 10 itu mencetak dua gol yang memberi Juve meraih Piala Super, melawan Parma. Dengan dua gelar, Del Piero pergi ke Korea-Jepang dengan Italia dan mencetak gol pertama di Piala Dunia.

Dan Legenda tersebut Terus berlanjut sampai sekarang … … … … ….

Source : http://www.egygossip.com/2009/02/alessandro-del-pieroa-living-legend/

Leave a comment

Filed under Juventini's Zone